Home   Blog    Kiat
Kolom

  Sunday, 19 August 2018 08:27 WIB

Tips Menulis: Membuat Angle Tulisan

Author   Tempo Institute

membuat angle tulisan

#TipsMenulis kali ini membahas subyek penting, yakni angle tulisan. Membuat angle tulisan adalah langkah yang penting demi menghasilkan tulisan yang enak dibaca dan perlu.  Lebih dari separo, 60 persen, keberhasilan tulisan ditentukan dari tajamnya rumusan angle ini. Itulah sebabnya, kelas-kelas Tempo Institute selalu dilengkapi menu pembahasan membuat angle tulisan ini.

Mari sedikit kita segarkan ingatan. Sewaktu kita duduk di bangku sekolah, SD sampai SMA, apa yang diajarkan bapak dan ibu guru tentang menulis? “Anak-anak, langkah pertama menaulis adalah buatlah kerangka tulisan,” kira-kira begitu kata bapak dan ibu guru. Lalu, mulailah kita menulis.

Persoalannya, kita kerap kebingungan saat membuat outline atau kerangka tulisan. Mulai dari mana, apa yang mesti ditulis, dan bagaimana merumuskan alinea demi alinea?

Saat saya pertama kali jadi wartawan Tempo, 1998 (sudah lama banget, ya, hehe), saya baru tahu bahwa ada tahap yang harus dilalui sebelum kita melompat ke tahap membuat outline. Tahap itu adalah merumuskan angle atau sudut pandang yang ingin kita ungkap dalam tulisan.

Jangan keliru, membuat angle tulisan di sini diucapkan ang-el, bukan anjel seperti pengucapan angel (dibaca enjel, malaikat atau dalam pengucapan Angel Lelga), apalagi angel yang berarti susah dalam bahasa Jawa. Sering juga saya menemukan peserta workshop yang bercanda, “Membuat angle tulisan ternyata angel, ya, Mbak. Susah.”

Angle sebetulnya diambil dari khasanah fotografi. Saat memegang kamera, maka posisi jendela bidik (view finder) itulah yang disebut angle kamera, sudut pandang yang menempatkan obyek dalam posisi bidikan. Dari jendela bidik kamera, kita bisa memilih angle lebar (wide angle) yang membuat semua obyek tercakup dalam lensa. Kita juga bisa menggunakan angle yang lebih sempit, sehingga yang dipotret adalah satu elemen yang sangat spesifik.

Memilih angle adalah sebuah langkah realistis. Satu sudut pandang harus dipilih jika kita ingin menghasilkan tulisan yang fokus dan tidak nggelambrah atau tak jelas mau ke mana. “Satu tulisan satu sudut pandang, setia dari awal sampai akhir,” begitu redaktur senior Tempo biasa menasehati kami.

 

membuat angle tulisan

Merumuskan angle tulisan diadaptasi dari cara membidik obyek lewat angle kamera (Foto Tempo Institute)

 

Kadang kala kita bingung memilih angle tulisan, karena banyak aspek menarik dari sebuah topik. Selain karena ketersediaan data dan bahan, memilih angle tulisan bisa didasarkan pada pertimbangan aspek mana yang paling menarik, paling penting, dan paling berdampak bagi masyarakat. Di meja redaksi, Keputusan memilih angle A, B, atau C, selalu dikaitkan dengan news value (kelayakan berita) di Tempo, yakni aktual atau hangat dibicarakan, menyangkut tokoh, novelty (pertama kali), eksklusif atau prestisius, dan magnitude atau besaran dampak. Jika Anda seorang blogger, Anda juga bisa mengadaptasi news value ini, tentu saja dengan ruang yang lebih luwes karena blog lebih mengutamakan sudut pandang personal sang blogger.

Lalu, bagaimana merumuskan angle yang tajam? Gunakan kalimat tanya sebagai alat bantu merumuskan kalimat pertanyaan angle. Ada enam pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk merumuskan angle: 5W+1H, yakni what, who, when, why, where, how. Apa, siapa, kapan, kenapa, di mana, dan bagaimana?

Tahun 1997, saya pernah nyantrik di Lembaga Pendidikan Pers dan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y), yang dikelola Ashadi Siregar, salah satu legenda dalam dunia jurnalistik negeri ini. Salah satu sesi yang paling saya ingat sampai kini adalah soal angle ini, yang ketika itu dipandu Saur Hutabarat, mantan wartawan Tempo yang sekarang di Media Indonesia. Bang Saur punya cara menarik menjelaskan betapa banyak pilihan angle yang bisa kita eksplorasi. Kita bisa membuat matriks 5W+1H dan membuat pertanyaan dengan membuat kombinasi setiap unsur pertanyaan, misalnya siapa dikombinasikan dengan kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.

Sekarang, mari sedikit bermain matematika. Kita eksplorasi kemungkinan kombinasi pertanyaan yang bisa dirumuskan dari enam unsur (n) dalam 5W+1H adalah sebagai berikut:

(n-1)! = (6 pertanyaan-1)!

= 5x4x3x2x1

= 120 pertanyaan.

Ya, ada 120 pertanyaan yang bisa kita jadikan rumusan angle. “Jadi, jangan coba-coba kau bilang angle-nya tak ada yang menarik,” kata Bang Saur, “Jangan-jangan kau saja yang malas menggali pertanyaan angle.”

Bang Saur kemudian memberi contoh eksplorasi angle tulisan. “Katakanlah Bambang mencium Agus di ruang rapat kantor tadi pagi,” kata Bang Saur. Kehebohan selalu muncul di kelas saban kali saya menirukan contoh Bang Saur ini. Dalam kalimat itu, sudah jelas siapa melakukan apa, di mana, dan kapan kejadiannya. Tapi, tentu saja masih banyak pertanyaan muncul, pertanyaan yang bisa dirumuskan sebagai angle yang memandu tulisan. Misalnya, kenapa Bambang mencium Agus dan bukan Ani, kenapa tadi pagi, kenapa di ruang rapat, apa yang ingin dia sampaikan dengan kejadian ini, dan seterusnya. Nah. itu baru contoh kejadian sederhana, bayangkan betapa banyak angle tulisan yang bisa muncul dari peristiwa yang lebih kompleks.

Sedikit latihan mungkin bisa membantu kita lebih memahami perkara angle ini. Upacara pembukaan Asian Games di Gelora Bung Karno, 18 Agustus 2018, misalnya, apa saja angle yang menarik ditulis?

Ada beberapa pilihan angle tulisan yang terlintas dalam pikiran saya, yakni:

  1. Bagaimana reaksi kontingen 45 negara peserta atas upacara pembukaan Asian Games?
  2. Bagaimana pengunjung asing memahami atraksi berbagai tarian nusantara dalam acara pembukaan Asian Games?
  3. Siapa saja aktor di balik sukses upacara pembukaan Asian Games?
  4. Bagaimana proses di balik terwujudnya video dan pentas Presiden Joko Widodo menaiki motor gede ke panggung pembukaan Asian Games?
  5. Bagaimana suka-duka 1.600 penari yang terlibat dalam Tari Saman di pembukaan Asian Games?

Tentu masih ada banyak lagi pertanyaan yang bisa membantu Anda membuat angle tulisan tentang pembukaan Asian Games. Ingat, ada 120 pertanyaan yang bisa kita gali dari 5W+1H.

Dari daftar pertanyaan angle soal pembukaan Asian Games di atas, kita bisa melihat bahwa pemilihan angle tulisan  juga akan menentukan penggalian bahan. Material yang berbeda mesti dikumpulkan untuk menghasilkan tulisan dengan angle:

  1. Bagaimana suka-suka penari saman dalam upacara pembukaan Asian Games?
  2. Bagaimana reaksi kontingen 45 negara peserta Asian Games di pembukaan Asian Games?

Tulisan pertama akan dibuat dengan mewawancarai beberapa penari (profesional dan pelajar sekolah) yang tergabung dalam 1.600 penari. Berapa lama latihan, bagaimana metode latihan sehingga gerakan bisa kompak, dan apa saja saat paling berkesan ketika latihan dan pentas. Kita juga bisa mewawancara Denny Malik, koreografer tari saman yang kolosal di acara pembukaan Asian Games ini.

Ada pun untuk tulisan dengan angle reaksi kontingen dari 45 negara, kita perlu mereportase dan mewawancarai beberapa wakil kontingen peserta Asian Games, baik atlet, pelatih, juga turis yang datang mendukung negaranya di ajang ini. Bisa juga kita menggali bahan dengan memantau twitter dan FB, membaca apa saja reaksi publik dan kontingen dari 45 negara peserta Asian Games, lalu melengkapinya dengan wawancara beberapa sumber yang relevan. Outline penggalian bahan ini menjadi pekerjaan berikutnya setelah merumuskan angle.

Pertanyaan dalam membuat angle tulisan inilah yang menjadi semacam panduan. Pertanyaan angle yang kita pilih itulah yang akan memandu kita maju ke tahap menulis selanjutnya, yakni merencanakan outline penggalian bahan dan, setelah bahan tersedia, barulah kita membuat outline tulisan. Tanpa rumusan angle tulisan, kita akan susah membuat outline yang tajam dengan susunan paragraf yang solid.

Nah, jadi sekarang kita paham mengapa saran bapak dan ibu guru tentang langsung membuat outline tulisan itu tidak selalu manjur. Membuat angle tulisan memang angel, tapi layak dilakukan demi menghasilkan tulisan yang enak dibaca dan perlu.

Tips menulis ini ditulis oleh Mardiyah Chamim, wartawan Tempo sejak 1998, Direktur Tempo Institute.

Baca juga kiat menulis lain dari Tempo Institute: Kiat-kiat Menulis dari Tempo Institute.

Tertarik belajar menulis? Anda dapat mengasah kemampuan menulis di #KelasTanpaBatas, kelas online dari Tempo Institute. Klik halaman #KelasTanpaBatas.

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox